catatan:
Post ini berbahasa Indonesia sebagai apresiasi Hari Pramuka Indonesia yang diperingati tiap tanggal 14 Agustus.
Pramuka mungkin nggak asing buat anak-anak era 90an seperti saya. Seingat saya, Pramuka lumayan populer dan bergengsi tinggi waktu saya masih kecil dulu. Saya tahu kalau Pramuka punya filosofi yang dalam karena kami dulu sering sekali diberi suntikan ilmu mengenai nilai-nilai seorang Pramuka. Sayangnya saya sudah lupa makna-makna Pramuka itu apa aja. Wong artinya Praja Muda Karana yang merupakan singkatan Pramuka saja sampai sekarang saya nggak tahu... Haha.
Saya dulu termasuk anggota Pramuka yang aktif. Saya ditunjuk untuk jadi ketua barung dan regu. Barung saya dulu barung hijau, yang warnanya saya pilih hanya karena dulu saya suka warna hijau. Padahal harusnya warna barung ada maknanya juga. Maklum, anak labil. Hehe.
Saat kami naik pangkat, saya tetap jadi ketua regu. Regu untuk anak perempuan dipilih berdasarkan nama bunga. Melati jadi bunga pilihan saya saat itu, meskipun sebenarnya saya lebih suka bunga mawar; karena dulu waktu SD saya punya semaca geng yang diberi nama Red Rose (dan coba tebak siapa yang memberi nama Red Rose buat geng itu? SAYA! Well, I guess I'm quite bossy at that time...)
Kelihatannya, di mata guru-guru SD dulu saya cukup punya reputasi yang baik karena saya dipilih sebagai anggota delegasi regu untuk lomba Pramuka Yayasan Yohanes Gabriel Se-Surabaya (SD saya dulu SD Katolik yang bernaung di bawah Yayasan Yohanes Gabriel). Rasanya keren banget ditunjuk jadi anggota regu itu, karena saya dikelompokkan bareng anak-anak populer di SD saya dulu.
Demi lomba itu, saya rela menghabiskan waktu liburan kenaikan kelas untuk latihan intensif. Saya belajar bikin simpul--tali temali, menghapal sandi; mulai dari sandi rumput, sandi kotak, sandi morse, semaphore dan saya sudah lupa semua sandi-sandi itu sekarang... payah memang. Yang saya ingat dari sandi morse cuma titik/strip/titik artinya huruf A.
Simpul-simpul yang mesti saya hapal jaman lomba Pramuka dulu |
Saya dapat banyak pengalaman dari lomba Pramuka itu. Pertama kalinya saya tidur di tenda alias kemping ya waktu lomba Pramuka itu. Pertama kalinya saya digembleng habis-habisan untuk jadi sosok pemimpin baik untuk memimpin diri saya sendiri atau orang lain ya lewat Pramuka itu. Saya belajar mandiri dan jadi pribadi yang pemberani juga dari Pramuka. Berarti, karena saya berani saya bakalan di-sorting ke Gryffindor di Pottermore.
Faktor penting lain yang saya dapat dari lomba Pramuka ini adalah sahabat. Dua sahabat baik saya temukan dengan Pramuka sebagai medianya. Sampai sekarang, 8 tahun setelah lomba Pramuka itu, saya masih bersahabat baik dengan mereka meskipun kami terpisah jarak dan waktu... (Yah, Pramuka cuma media sih. Kami jadi akrab karena kami masuk SMP yang sama, sekelas terus dan mengalami jatuh bangun yang sama...)
Tapi seiring zaman, rasanya Pramuka mulai ditinggalkan. Saya ngerasain sendiri kok. Saat SMP dulu, Pramuka justru jadi kegiatan yang paling dihindari. Tapi banyak faktor yang bikin Pramuka jadi nggak populer lagi deh, karena adek saya justru gemilang sekali karir kepramukaannya waktu SMP, sampai ikut Jambore Se-Jawa-Bali. Mungkin waktu saya SMP dulu pembinanya nggak asik, jadi kami super males ikut Pramuka.
Meskipun saya sudah lupa sama sekali mengenai tali-temali walaupun dulu saya juara dua tali-temali, saya juga nggak ingat apa aja Dasa Dharma Pramuka itu, yang jelas Pramuka pernah menjadi bagian hidup saya. Makasih buat Sir Robert Stephenson Smyth Baden-Powell yang jadi bapak Pramuka Sedunia dan buat Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang mempopulerkan Pramuka di Indonesia. Makasih buat para kakak pembina yang parahanya saya juga sudah lupa namanya siapa aja.. Tanpa kalian, saya bukanlah saya yang sekarang :)
Salam Pramuka!
No comments:
Post a Comment
Anything you want to tell me? Say it nicely, please :)